1. KERATON KASEPUHAN
Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Cakrabuana ( Putra Raja Pajajaran )pada tahun 1529.
Kasepuhan merupakan perluasan dari Keraton tertua di Cirebon yaitu Keraton Pakungwati.
Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yg menikah dengan Sunan GunungJati.
Pada Tahun 1969 terjadi konflik Internal, kesultanan Cirebon terpecah menjadi 2 yaitu kesultanan Kanoman dan Kasepuhan.
Arsitektur Kesultanan Cirebon
Model bentuk Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di
sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya
merupakan model-model Keraton pada masa itu terutama yang terletak di
daerah pesisir.
Di depan komplek Keraton terdapat alun2 yg pada Zaman dahulu bernama Alun2 Sangkala Buana, yang merupakan tempat latihan keprajuritan. Pada Masa kini Alun2 Kasepuhan masih bertahan dan menjadi arena Pesta Rakyat merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Di sebelah barat terdapat Masjid Agung Sang Cipta Rasa
Disebelah Timur terdapat Pasar, tempat makan dan menikmati hidangan Teh Poci.
Gerbang Utama terletak disebelah Utara (Kreteg Pangrawit )Pancaratna yang dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa
Keraton, lurah atau pada zaman sekarang disebut pamong praja.
Gerbang ke dua berada di Selatan Komplek (Lawang Sanga / pintu Sembilan )
Halaman kedua dibatasi tembok bata. Pada pagar bagian utara terdapat dua
gerbang yaitu Regol Pengada dan gapura lonceng. Regol Pengada merupakan
pintu gerbang masuk halaman ketiga
Antara halaman kedua dan ketiga dibatasi tembok dengan gerbang berukuran
4×6,5 x 4 m. Gerbang tersebut dilengkapi dua daun pintu terbuat dari
kayu, jika dibuka dan ditutup akan berbunyi maka disebut pintu gledeg
(guntur) . Di halaman ketiga terdapat sejumlah bangunan sebagai berikut.
1.Taman Bunderan Dewandaru
Taman ini berdenah bulat telur terbuat dari batu cadas. Memiliki arti
dari namanya Bunder artinya sepakat. Dewa berarti dewa atau mahluk halus
dan ndaru artinya cahaya. Arti keseluruhan adalah “orang yang menerangi
sesama mereka yang masih hidup dalam masa kegelapan”. Luas taman 20 m2.
Di taman ini terdapat nandi, pohon soko sebagai lambing bersuka hati, 2
patung macan putih merupakan lambang Pajajaran, meja dan bangku 2 buah
meriam yang dinamai Ki Santomo dan Nyi Santoni.
2.Museum Benda Kuno
Bangunan yang menghadap timur. Terdapat 2 pintu untuk
memasuki bangunan tersebut. Di sini disimpan benda-benda kuno Keraton
Kasepuhan.
3.Museum Kereta
Bangunan ini menghadap barat dan teat di timur Taman Bunderan Dewandaru
ini berukuran 13,5 x 11 m. Di Museum Kereta tersimpan kereta-kereta dan
barang lainnya
4.Tunggu Manunggal
Bangunan ini berupa batu pendek ± 50 cm, dikelilingi 8 buah pot bunga yang melambangkan Allah yang satu zat sifatnya.
8. Lunjuk
Bangunan yang menghadap timur ini berukuran 10 x 7 m yang berfungsi
melayani tamu dalam mencatat dan melaporkan urusannya menghadap raja.
9. Sri Manganti
Bangunan ini berada di timur tugu manunggal berbentuk bujursangkar.
Bangunan ini terbuka tanpa dinding, bungbungan berbentuk joglo dan atap
genteng didukung dengan 4 tiang soko guru, 12 tiang tengah dan 12 tiang
luar. Langiut-langit dipenuhi ukiran-ukiran yang berwarna putih dan
coklat. Bangunan ini bernama Sri Manganti karena arti sri artinya raja,
manganti artinya menunggu. Artinya secara keseluruhan tempat
menunggu keputusan raja.
10, Interior Keraton